Thursday 3 January 2013

Cassava #1

  ini cerita kehidupan dari sebuah Ubi yg ingin berubah menjadi sebuah Apel. Didunia ini, semua sayuran akan berubah menjadi buah-buahan ketika mereka merasa siap dan yakin, dan tentunya mereka sendiri yang akan menentukan, akan jadi apakah mereka nanti? tapi di dunia ini, ada satu yang tak bisa mereka benar-benar tentukan, yaitu tingkat kesegaran. mereka akan membusuk jika mereka sedih, tertekan batin, sakit hati dan pastinya patah hati, meskipun mereka menyembunyikan itu dan tersenyum setiap saat. ia tak akan mati selama ia yakin bahwa ia akan bisa segar kembali. tapi busuk itu akan tetap ada sampai mereka merasa bahagia.
 Ini mengisah kan tentang keluarga, sahabat dan cinta. 


     Hai. Aku Ubi, aku terlahir dari keluarga yang sederahana. Ayah ku telah berubah menjadi semangka dan ibuku menjadi melon. Dan aku sendiri? aku ingin berubah menjadi sebuah apel, apel merah yang mengkilap. Tapi, aku tak tau kapan aku akan siap untuk berubah, aku belum yakin terhadap pilihanku. Ohiya, kenapa aku memilih apel merah? yaa karna warnanya merah, mengkilap, mudah digenggam dan dapat menguruskan badan, hehehe.
     Sekarang umurku masih 15tahun, aku sudah merasakan apa itu yg dinamakan cinta. Yaa memang mungkin bukan cinta sejati. Mana ada sih didunia ini cinta sejati. 15tahun ku bergitu bermakna, lebih banyak kulewati bersama keluarga. Aku sayang kakakku yg sekarang sudah berubah menjadi Pir yang selalu mengerti aku dan tau apa yang aku mau, dan aku sayang adikku yang sudah menjadi Jeruk. Pasti kalian bingung kenapa adikku sudah berubah lebih dulu, katanya dia sudah benar-benar yakin atas pilihannya, makanya dia ingin berubah cepat-cepat tanpa memikirkan aku yang masih bingung pada diriku sendiri.

     Ketika umurku 16tahun, aku begitu yakin aku ingin berubah. Aku benar-benar yakin, mungkin karna telah banyak juga teman-temanku yang telah berubah. Dan akhirnya aku berubah, setelah itu aku bertemu oleh sahabat-sahabat yang juga telah berubah dan aku bertemu dengan seorang lelaki yang benar-benar memikat hatiku.
     Aku tumbuh menjadi sebuah Apel Merah yang mengkilap, itu karna semua kebahagiaan yang aku dapat dari teman-temanku, dan lelaki itu, sebut saja dia Kelengkeng. Aku merasa, mungkin akulah yang paling segar diantara mereka, karna kebahagiaan itu. sahabat dan Kelengkeng selalu ada disaat aku membutuhkan mereka, selalu ada disaat senang maupun sedih. Hidupku terasa begitu lengkap dengan orangtua, kakak-adik, sahabat, Kelengkeng dan kesegaran ini.

     Sampai pada akhirnya aku merasakan ada sesuatu dihati ini saat bersama Kelengkeng.  Yaa Apel Merah suka dengan Kelengkeng.  Mereka begitu dekat sepanjang tahun. Sampai akhirnya Apel Merah yakin apa yang ia rasakan juga dirasakan oleh Kelengkeng. Apel Merah menyatakan cintanya, tapi apa yang dijawab oleh Kelengkeng? Ia menolak cinta Apel Merah. Awalnya Apel Merah tidak apa-apa, karena dia memaklumi semua keadaan. Sampai akhirnya Kelengkeng menjauh dan tiada kabar hingga berbulan-bulan. 
      Disaat itulah Apel Merah mulai merasakan sakit. Apel Merah sudah mulai membusuk, Apel Merah tak menyangka ia akan membusuk secepat itu, satu-satunya yang harus ia lakukan adalah tetap yakin bahwa kesegaran itu pasti akan datang kembali. Sayangnya, Apel Merah tidak bisa mengendalikan pikirannya. Ia hanya selalu berfikir yakin akan segar dengan kedatangan Kelengkeng yang telah pasti tak akan datang kembali. 
      Bertahun-tahun perkembangan Apel Merah membusuk seperti tidak ada lagi harapan untuk segar karena tidak ada harapan lagi untuk Kelengkeng kembali. 
      Sahabat-sahabat terus berjuang untuk memberi kebahagiaan sementara agar Apel Merah bertahan, meskipun mereka tau Apel Merah tak akan bisa benar-benar sembuh sampai Kelengkeng kembali...

No comments:

Post a Comment